Tuesday, May 24, 2011

Anger


kita ni kan,
kadang-kadang bila marah, susah nak control.
memang la boleh sabar, tapi selalunya terbawa-bawa.

We'll seems to be dragged by it, for ages and ages.

Susah betul nak jadi orang yang minta maaf dulu.
Walaupun teorinya, yes, kita yang kena minta maaf dulu.
Dalam apa-apa keadaan pun, walaupun kita atau dia yang memulakan.

but...,
somehow, sorry seems to be the hardest word.

yep, true enough.

No wonder, the Messenger s.a.w repeated himself, over and over again.
For there times, to be exact.

"la taghdob!"

And we begin give some childish excuses, "but it's not my fault! It's his!"

"La taghdob!"

"But,...it has been always me who'll give in..."

"la... tagh..dob...!"

"but... fine. Maybe it IS my fault after all.."

haha.
Just trying to imagine how things was. My so-called self--reflection.

And also,
no wonder that Allah ta'ala characterizes the people of muttaq, as the one who

  1. engulfs his fire of anger, leaving NO traces behind;
  2. and lovingly forgiving each other, for the sake of Allah.

as among the characteristics addressed by Allah in ayah 134 of surah 'ali' 'Eimran.

Such high standard people acquires such high quality.
And the among the qualities of al-muttaqun, those people who constantly, CAREFULLY LIVE this life of the fear to Allah: engulfs his anger and lovingly forgiving each other!

Those are the people that we want to become.

Dan memang susah pun, sebab tu orang-orang muttaq ni saja yang memiliki sifat sedemikian rupa.
Seperti mana yang telah ditunjukkan oleh para sabahat, radiayAllahu 'anhum.

Yeah, no wonder.

As for me, the main reason for me getting the "sorry seems to be the hardest word" feeling is,
my lack of 'amal,
and my richness in faahisyah and ma'siyat.

Seriously.
Sebab apa lagi yang boleh jadikan mulut kita terasa AMAT, AMAT BERAT nak luahkan kata-kata,
walaupun hati dah memaafkan dan menyesal?
Haha..

I remembered once when there something happen between me and my friend at the college.
Not a big deal, though. Just a miscommunication maybe.

At that time, I was sitting besides him. Only two of us. The others have left us behind.
I want to apologize, but somehow, it was indeed, very very heavy to say anything at all.
I was utterly speechless...

Tired of waiting (maybe), he left...

Realizing that I just could not do it, I wrote a blog post, saying sorry for everything...
...(skipping through...)
 And alhamdulillah, he has become one of my best friends (for now =P).
haha.

Oh yes,
And here come the role the third party. To reconcile.
If we could not do it face-to-face, find alternatives.
Texting, emailing, facebooking.. anything.
And remember to invite the third party to help with your problems.

Haha,
I'm getting out of track.

Anyways,

Allah lah pemegang hati-hati kita, sekiranya kita belanjakan seluruh harta satu dunia ni,
kalau Allah tak izin, tetap hati kita tak bersatu.

Dan manusia itu tak lekang dari dosa. Apa yang kita rasa tak kena, boleh jadi peringatan Allah ta'ala untuk kita kambali kepada Nya.

Dan amarah tu sifatnya kepada syaitan. Jadi elakkan inshaAllah.

And i'm the last person in the world who should be writing on this.
As myself is one of the worst "anger-controller" one has ever known.
But for the sake of change, I wrote this down, particularly for myself inshaAllah.

Let's control our anger, haha

=]



(When I began listening to a lot of talks and khutbahs such this, spoken English started to get mixed with written English, and all of the sudden my grammar turns out to be very horrible and terrifying. sorry, haha)

(Nampaknya blog ni macam dulu jugak jadinya....haha. Anyhow, I enjoyed this style of writing, alhamdulillah. May it benefits all of us inshaAllah.)

  

Thursday, May 19, 2011

friends

It is so interesting, amazing rather, that some of us could treat each other person that he knows like a best friend of his.

Up till the point that the treated person really felt that HE is the best of the best friends that he got.
Even though the 'everyone's best friend' is not really consider him as one of HIS best friends.

faham ke?

Some with their chearful, positive attitude that everyone fond of.
Some may have such a caring personality, with a very pleasant tune of voice they use.
Others may only offers a sincere, bright smile,
And HE becomes the best friend of everybody!

It such...
What a miracle.

Me myself, have met quite a few numbers of them.
Even we' re meeting for the very first time, my heart whispers, "I want to be HIS friend!"
And whenever I encounter problems, I will often go to them.
This person, that friend, and that person. None other than them.
And most of the time, their profound words that they utter, would most probably cause me to shed my tears.

haha...

How I wish to be such a person. Such a friend.
But what happen most of the time is, as I get closer to a person, the higher the tendency for me to offend him.
Even with tones of "theories of ukhuwwah" embedded in my mind, somehow, it's sometimes very hard for me to apply them in my life. My real life.

Seriously.

Seyes tak tipu.
I've offended a LOT of people, even without me realizing it.
And all of the sudden, we actually haven't talked greet each other for days, even weeks or months.
And only Allah knows, how pain is the feeling.
haha..

At least the pain is still there.
If even the pain has gone, I wonder what would happen to my heart...
Keras hati la jawabnya. Takutnya.

Well, here I just want to express my feeling of super utmost gratitude for those who have always, always be by my side all this years. Jazakumullah khairon katheran katheera..

Somehow, i suddenly remembered my conversation with a friend:

I was staring a book, entitled Ukhuwwah Islamiyyah at a bookstore in KL.
Teasing me, he said: "Kau ni memang suke ukhuwwah kan?"
"haha.." I replied with a smile.
 ... and a blush too.

=]

Wednesday, May 18, 2011

no return back

kufuturan tu, boleh berlaku bila-bila.
dan kalau diizinkan Allah, tak semena-mena kita yang dikatakan telah mengikut jalan tarbiyyah ini, boleh menjadi jauh, jauh lebih teruk daripada sebelum kita mengikut tarbiyyah sekali pun.

kita tak akan pernah terlepas dari tipu daya syaitan.
tak kiralah selama mana kita berada di jalan tarbiyyah, berada di mustawa mana sekali pun,
jika diizinkan Allah, tertipu juga kita dengan syaitan.

Kerana mereka itu telah menyaksikan kita, manusia ni, sejak kelahiran yang pertama di muka bumi lagi. Khutuwatisy-syaiton, jejak langkah syaitan itu, memang dah lama sangat!

Maka boleh kita kata, bahwa kita takkan kembali ke dunia jahillyah?
dengan amalan yang tak seberapa, dengan tempoh tarbiyyah yang hanya setahun jagung,
kita sangat lah boleh dan terdedah untuk kembali kepada kegelapan.

walaupun kita dah ditarbiyyah.

Kadanag-kadang kita alpa, kita mahu berehat daripada jalur tarbiyyah.
Mencari kerehatan dunia. Berhibur dan bersuka ria.
Bermula dengan kata-kata kesat yang kononnya moden.
Diikuti lalainya dalam melangsaikan amalan harian.

Dengan alasan "Biasalah tu, iman turun dan naik.",
Tanpa sedar, kita dah termasuk dalam bisikan syaitan.

Aku sangat takut..
Terkadang, terlihat kembali sejarah saudara seperjuangan sebelum dihiasi tempisan tarbiyyah.
Berseronok bersama berlainan jantina, berhibur tanpa mengira masa...
Malahan berbangga dengan perbuatan-perbuatan jahiliyyah...

Dan terfikir,
Pada bila-bila masa, kita boleh jadi lebih teruk daripada itu.
Dengan terdedahnya kita pada bisikan syaitan dan al-hawa.

Mungkin nampaknya macam mustahil,
tapi bagi Allah, jika dia kehendaki, maka jadilah.

Semoga Allah menjadikan kita daripada mereka yang mencintai iman, dihiaskan iman tersebut dalam hati kita, serta menjadikan bagi kita kebencian terhadap segala macam maksiat, kekufuran dan dosa.

Sepertimana para sahabat, radiyAllahu 'anhum ajma'in.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا  (فاطر:6

Thursday, May 5, 2011

If only,

Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar ikhlas,
maka tidak akan banyak dai yang berguguran di tengah jalan. Dakwah akan terus laju dengan lancar untuk meraih tujuan-tujuannya dan mampu menanam prinsip-prinsipnya dengan kukuh.

Jika komitmen dai benar-benar ikhlas
maka dia tidak akan peduli ketika ditempatkan di barisan depan atau belakang. Komitmennya tidak akan berubah ketika dia diangkat menjadi pemimpin yang boleh mengeluarkan keputusan dan ditaati atau hanya sebagai jundi yang tidak dikenal atau tidak dihormati.

Jika komitmen dai benar-benar ikhlas
maka semua orang akan sangat menghargai waktu. Bagi setiap dai, tidak ada waktu untuk terbuang sia-sia kerana dia akan selalu menggunakannya untuk beribadah kepada Allah di sudut mihrab, atau berjuang melaksanakan dakwah dengan menyeru kepada kebaikan atau mencegah kemungkaran. Atau, menjadi murabbi yang gigih mendidik dan mengajari anak serta isterinya di rumah. Dai yang aktif di masjid untuk menyampaikan nasihat dan membimbing masyarakat.

Jika komitmennya benar-benar ikhlas
maka setiap dai akan segera menunaikan kewajipan kewangannya untuk dakwah tanpa dihinggapi rasa ragu sedikitpun. Semboyannya adalah


“Apa yang ada padamu akan habis dan apa yang ada di sisi Allah akan kekal.”

[an Nahl (16) :96]

Jika komitmennya benar-benar ikhlas
maka setiap dai akan patuh dan taat tanpa berasa ragu dan bimbang. Di dalam benaknya tidak ada lagi erti keuntungan peribadi dan menang sendiri.

Jika komitmen dai benar-benar ikhlas
maka akan muncul fenomena pengorbanan yang nyata. Tidak ada kata “ya” untuk dorongan nafsu atau segala sesuatu yang seiring dengan nafsu untuk berbuat maksiat. Kata yang ada adalah kata “ya” untuk setiap perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah.

Jika komitmen para dai benar-benar ikhlas
maka setiap anggota akan menaruh kepercayaan yang tinggi kepada para pemimpin fikrah. Setiap yang bergabung akan melaksanakan aspirasi pemimpinnya dan menegakkan prinsip-prinsip dakwah dalam hatinya.

Jika komitmen terhadap dakwah benar-benar ikhlas
maka setiap orang yang kurang teguh komitmennya akan menangis, sementara yang bersungguh-sungguh akan menyesali dirinya kerana ingin berbuat lebih banyak dan berharap mendapat balasan serta pahala dari Allah.
 
[Muhammad 'Abduh, Komitmen Da'ie sejati]
 
*
subhanAllah.
...If only...

(walaupun tak pernah baca lagi buku ni, tapi petikan nasihatnya saja dah mampu menggetarkan hati yang lena. Sengaja dikongsikan.)
(teks diambil dari blog ini: [Bro Hamzah])